Kisah Dongeng Ki Mandahong Penjaga Gunung Salaka
Dongeng Ki Mandahong – Penjaga Gunung yang Bijak hiduplah seseorang pria berumur bernama Ki Mandahong diketahui selaku orang yang amat bijak
Di suatu dusun terasing yang terdapat di kaki Gunung Salaka, hiduplah seseorang pria berumur bernama Ki Mandahong. impian789 Beliau diketahui selaku orang yang amat bijak, simpel, serta dihormati oleh semua masyarakat dusun. Walaupun umurnya telah lebih dari 7 puluh tahun, badannya sedang gagah, serta matanya bercahaya runcing semacam mata elang yang sanggup mendobrak batin siapa juga yang menatapnya.
Tidak banyak yang ketahui asal- usul Ki Mandahong. Kabarnya, beliau tiba dari arah hutan luas sesuatu malam yang sepi, bawa cuma sebilah keris serta kantung kecil bermuatan bibit antah. Semenjak dikala itu, beliau berdiam di dusun serta menolong masyarakat dengan ilmu dan kebijaksanaannya.
Dusun tempat bermukim Ki Mandahong tadinya kerap diterpa musibah. Tanah gugur, banjir bandang, serta kandas panen jadi perihal yang lazim. Tetapi semenjak Ki Mandahong tiba serta membimbing masyarakat, segalanya berganti. Beliau mengarahkan metode bertani yang bagus, melindungi hutan, dan hidup selaras dengan alam. Dalam durasi pendek, dusun itu jadi mampu, serta hasil panennya banyak ruah.
Ki Mandahong memiliki satu Kerutinan istimewa. Tiap malam bulan badar, beliau hendak berjalan ke pucuk Gunung Salaka, bawa segenggam beras serta guci bermuatan air. Beliau hendak berharap di dasar tumbuhan beringin berumur, yang dipercayai selaku tempat bersih. Banyak anak belia yang penasaran, berupaya menjajaki Ki Mandahong, tetapi tidak satu juga yang sukses menciptakannya di situ. Seakan beliau lenyap sedemikian itu saja di balik awan gunung.
Sesuatu hari, datanglah seseorang adiwangsa belia dari kota bernama Raden Wirabumi. Beliau mengikuti mengenai kelimpahan dusun itu serta mau mengenali rahasia di baliknya. Tetapi beliau bukan orang yang adem. Dengan busana elegan serta pengawal- pengawal bersenjata, Raden Wirabumi tiba menemui Ki Mandahong dengan tindakan sombong.
Aduhai orang berumur, bagikan saya rahasia kesuksesan dusun ini! Saya hendak membawanya ke kota, serta menjadikannya cerang kekayaan!” ucap Raden dengan bunyi besar.
Ki Mandahong cuma mesem hening.“ Kekayaan asli bukan buat dirampas, melainkan buat dipelajari serta dipecah. Bila anda mau ketahui rahasianya, tinggallah di mari, serta bertugas bersama masyarakat sepanjang 7 badar.”
Raden Wirabumi tersimpul keras.“ 7 badar? Saya bukan orang tani, saya adiwangsa! Saya memiliki harta, saya memiliki daya!”
Malam itu, tanpa seizin siapa juga, Raden Wirabumi bisik- bisik menjajaki Ki Mandahong ke pucuk gunung. Beliau mau ketahui apa yang dicoba orang berumur itu tiap bulan badar. Dengan penuh rasa penasaran, beliau menyelinap di antara pepohonan.
Tetapi belum hingga ke pucuk, angin seketika berhembus amat cepat. Awan turun sedemikian itu tebal, membuat jalur tidak nampak. Suara lolongan abnormal terdengar dari balik hutan. Raden Wirabumi serta pengawalnya belingsatan. Mereka berlari balik ke dasar gunung, tetapi tidak menciptakan jalur kembali. Seakan gunung itu menelannya.
Keesokan harinya, masyarakat menciptakan Raden Wirabumi bersandar bingung di tepi bengawan, bajunya kotor, mukanya pucat. Beliau tidak dapat ucapan. Semenjak hari itu, beliau bermukim di dusun, menolong masyarakat bertani serta menimba air, lama- lama menekuni metode hidup simpel yang dahulu beliau remehkan.
Sehabis 7 badar lalu, kemudian Raden Wirabumi berganti. Beliau jadi kecil batin, bertugas dengan ikhlas, serta berpadu dengan masyarakat dusun. Sesuatu malam, Ki Mandahong menemuinya serta mengatakan,“ Saat ini anda sudah menciptakan rahasia yang kaucari. Rahasia itu bukan guna- guna, bukan peninggalan. Melainkan rasa terima kasih serta penyeimbang.”
Raden Wirabumi membungkuk, matanya berkilauan.“ Saya tidak layak menyambut seluruh ini, Ki.”
Ki Mandahong memukul pundaknya.“ Malah sebab anda sudah berlatih, hingga anda layak melindungi ilmu ini.”
Tetapi, sehabis malam itu, Ki Mandahong lenyap. Masyarakat dusun mencarinya ke hutan, ke gunung, apalagi ke kota, tetapi tidak terdapat jejaknya. Di dasar tumbuhan beringin di pucuk Gunung Salaka, cuma terabaikan keris tuanya yang ditancapkan ke tanah, dan secarik daun melempar bertuliskan:
Saya merupakan pengawal yang tiba apabila alam diperkosa serta orang kurang ingat asal- usulnya. Jagalah balance antara alam serta langit, hingga anda takkan sempat kekurangan.”
Semenjak dikala itu, Raden Wirabumi jadi atasan dusun. Beliau melanjutkan anutan Ki Mandahong, serta tiap bulan badar, beliau pula naik ke pucuk gunung bawa beras serta air, berharap di dasar tumbuhan beringin buat keselamatan dusun serta bumi.
Dongeng Ki Mandahong mengarahkan kalau kebijaksanaan tidak tiba dari kewenangan ataupun harta, melainkan dari kehinaan batin serta keserasian dengan alam. Orang yang hidup dengan rasa terima kasih serta melindungi penyeimbang hendak bawa kebaikan untuk sekelilingnya.
Post Comment