Kisah Dongeng Sih Pintar kalah oleh sih cerdik
Cerita Dongeng Sih Cerdas takluk oleh sih cerdik – Di suatu hutan rimbun yang hijau serta hening, hiduplah berbagai binatang yang berdampingan
Di suatu hutan rimbun yang hijau serta hening, hiduplah bermacam berbagai binatang yang silih berdampingan. Tetapi di antara mereka, di rajaburma88 terdapat seekor gembong besar bernama Asrama yang amat dikhawatirkan seluruh penunggu hutan. Badannya besar, cakarnya runcing, serta suaranya dapat menggema hingga ke perbukitan. Beliau merasa dirinya yang sangat kokoh, serta sebab itu senang memforsir binatang lain memberinya santapan tanpa upaya.
Tiap pagi, Asrama hendak berjalan mengitari hutan serta menyuruh para binatang buat memberinya makan pagi. Bila terdapat yang menyangkal, beliau hendak mengaum keras serta membuktikan taringnya yang seram.
Sesuatu hari, kala mentari terkini saja timbul dari balik busut, Asrama menghadiri seekor kelinci kecil bernama Kiko. Kiko diketahui licik, walaupun badannya kecil serta tidak sangat muncul.
Hei, Kiko!” jerit Asrama sembari mengepak- ngepakkan ekornya.“ Hari ini anda wajib membawakanku santapan sangat enak saat sebelum mentari menggapai pucuk!”
Kiko memakan air liur.“ Pasti, Tuan Asrama. Tetapi bolehkah aku memilihkan santapan yang sangat luar lazim buat Tuan?”
Asrama menggerenyotkan bibir, menampakkan taringnya.“ Jika anda berupaya menipuku, anda ketahui akhirnya!”
Kiko membungkuk.“ Aku tidak berani, Tuan. Tetapi aku ketahui tempat rahasia di mana terdapat santapan yang lebih lezat dari daging rusa ataupun kukila hutan.”
Asrama terpikat.“ Apa itu?”
Di ngarai hutan sisi timur, terdapat seekor insan abnormal. Beliau bermukim di dalam terowongan batu serta menaruh santapan fantastis yang tuturnya dapat membuat siapa juga jadi lebih kokoh serta pintar,” tutur Kiko penuh agama.
Mengikuti itu, mata Asrama berbinar.“ Antarkan saya ke situ saat ini pula!”
Tanpa membuang durasi, Kiko berjalan dengan kilat mengarah arah timur, dengan Asrama mengikutinya di balik. Mereka menempuh ekspedisi yang lumayan jauh melampaui belukar berduri, bengawan kecil, serta bebatuan. Sehabis dekat satu jam, mereka datang di depan suatu terowongan berumur yang hitam serta sepi.
nilah tempatnya,” tutur Kiko.“ Tetapi hati- hati, insan di dalam situ amat sensitif. Beliau tidak senang suara keras ataupun bahaya.”
Asrama, yang telah tidak adem, memerintahkan Kiko menunggu di luar.“ Saya hendak rawat insan itu sendiri!”
Tanpa menunggu balasan, Asrama masuk ke dalam terowongan. Tetapi sebagian detik kemudian—BLAARRR!—terdengar suara keras dari dalam, disusul jeritan Asrama yang belingsatan. Beliau pergi terbirit- birit, badannya berair basah serta terdapat duri masuk di telinganya.
Apa itu mulanya?!” teriaknya.
Kiko nampak pura- pura kaget.“ Oh tidak! Kayaknya Tuan Asrama sudah membangunkan Sang Pengawal Terowongan. Aku kurang ingat memberitahu jika insan itu amat marah bila diusik dikala tidur.”
Asrama menggeram.“ Mengapa anda tidak memperingatkanku?!”
Aku mau, tetapi Tuan mulanya tidak berikan peluang ucapan,” jawab Kiko dengan polos.
Asrama kian gusar tetapi tidak dapat mempersalahkan Kiko seluruhnya. Beliau merasa dipermalukan oleh insan yang apalagi tidak dapat beliau amati dengan nyata. Dengan wajah jengkel serta badan penuh cedera, Asrama berangkat meninggalkan terowongan.
Tetapi narasi tidak menyudahi di situ.
Keesokan harinya, Asrama balik menghadiri Kiko.
Anda pikir saya hendak khawatir cuma sebab peristiwa kemarin? Saat ini, anda wajib menebus kesalahanmu. Bawakan saya santapan terbaik di hutan ataupun anda hendak kumakan hidup- hidup!”
Kiko tidak kehilangan ide. Beliau mesem hening serta mengatakan,“ Oke. Kali ini aku hendak mengantarkan Tuan ke telaga rahasia. Di situ terdapat ikan bercorak kencana yang rasanya lebih nikmat dari apa juga yang sempat Tuan cicipi.”
Asrama menganggut.“ Mari kilat!”
Mereka juga berjalan ke arah barat, mengarah telaga yang tersembunyi di balik pepohonan rimbun. Sehabis hingga di pinggir telaga, Kiko menunjuk ke tengah telaga.
Ikan itu senang berenang di tengah. Tetapi sebab airnya amat bening, Tuan dapat amati dari mari. Lihat—itu ia!”
Asrama, tanpa berasumsi jauh, langsung melompat ke air. Tetapi nyatanya bawah telaga itu amat becek, serta badan besar Asrama buatnya susah berenang. Beliau karam setengah badan, meronta- ronta sembari berteriak.
Bantu! Kiko! Saya terperangkap!”
Kiko cuma berdiri di pinggir, mencermati dengan hening.“ Aku hendak tolong jika Tuan berkomitmen tidak hendak mengusik hewan- hewan lain lagi.”
Asrama kesusahan berdialog sebab mulutnya nyaris kerasukan air, tetapi beliau menganggut kilat.
Akad?” pertanyaan Kiko lagi.
Ja… akad!” jerit Asrama dengan suara tercekat.
Dengan cekatan, Kiko mengutip satu batang ranting jauh serta menyerahkannya ke Asrama. Dengan sulit lelah, Asrama menarik dirinya pergi serta kesimpulannya dapat bernapas lapang di pinggir telaga. Badannya penuh lumpur serta rasa malu.
Mulai dikala itu, Asrama tidak lagi memforsir hewan- hewan lain. Beliau mengetahui kalau daya saja tidak lumayan buat jadi yang terpandang di hutan. Kecerdasan, kebaikan, serta kerjasama lebih dinilai.
Sebaliknya Kiko, si kelinci kecil, jadi bahadur di antara para binatang. Walaupun badannya kecil, akalnya yang runcing buatnya sukses menundukkan sang kokoh tanpa pertumpahan darah.
Serta begitulah, di hutan itu, seluruh binatang hidup lebih rukun serta sebanding, berkah kegagahan serta kecerdasan seekor kelinci kecil bernama Kiko.
Post Comment