Legenda Mistis Batu Golog Pulau Lombok
Kisah Batu Golog – Legenda Mistis dari Tanah Sasak tepatnya di daerah Sembalun yang dikelilingi oleh pegunungan hijau dan udara sejuk
Di tengah- tengah pulau Lombok, persisnya di wilayah Sembalun yang dikelilingi oleh pegunungan hijau gali77 serta hawa adem, tersembunyi suatu cerita hikayat yang sudah diwariskan dengan cara bebuyutan oleh warga kaum Sasak. Cerita ini diketahui dengan julukan Batu Golog, suatu narasi yang tidak cuma menaruh angka misterius, namun pula sarat hendak arti akhlak serta kebatinan yang dalam.
Dini Mula Cerita Batu Golog
Dulu kala, di suatu dusun kecil di kaki Gunung Rinjani, hiduplah seseorang anak muda bernama Sang Kemudian. Beliau diketahui selaku anak yang pintar, santun, serta penuh rasa mau ketahui. Sang Kemudian bermukim bersama ibunya, seseorang janda berumur yang amat menyayanginya. Walaupun hidup dalam kesahajaan, mereka senantiasa berlega hati atas keuntungan yang mereka dapat dari hasil bertani serta bercocok tanam.
Sesuatu hari, dikala tengah mencari di hutan, Sang Kemudian menciptakan segumpal batu besar bercorak gelap mengilap. Batu itu berlainan dari batu- batu lain di sekelilingnya. Dikala dijamah, batu itu terasa hangat serta mengucurkan aura yang membuat bulu gitok merinding. Di tengah rasa penasaran, Sang Kemudian menyudahi buat bawa batu itu kembali.
Dari batu itu terdapat di rumahnya, keadaan abnormal mulai terjalin. Tumbuhan di ladangnya berkembang produktif tanpa butuh disiram, binatang buas mendekat seakan tidak khawatir, serta keuntungan mereka mulai mengalir lebih banyak. Warga dusun mulai mengetahui pergantian itu serta beranggapan terdapat suatu yang eksklusif di rumah Sang Kemudian.
Mukjizat yang Jadi Kutukan
Kehadiran batu itu tidak cuma bawa kebaikan. Dalam bungkam, terdapat kata hati misterius yang sering didengar Sang Kemudian dikala malam menjelang. Batu itu, warnanya bukan batu lazim, melainkan suatu barang abnormal yang menaruh roh kakek moyang berumur yang sempat dihukum sebab ilmu gelap.
Sesuatu malam, batu itu“ berdialog” langsung pada Sang Kemudian dalam mimpi. Beliau memberitahukan dirinya selaku Raja Golog, seseorang raja dari alam abnormal yang sudah terpenjara dalam batu sebab kesalahannya sendiri di era dulu sekali. Beliau memohon supaya dibebaskan dengan ketentuan Sang Kemudian wajib melaksanakan ritual spesial di malam bulan badar, memakai darah seekor ayam gelap serta jampi- jampi kuno dari buku Sasak berumur.
Sang Kemudian yang mulai dipahami oleh akibat sihir batu itu, tanpa bertanya pada siapapun—termasuk ibunya—melakukan ritual itu. Dikala ritual berakhir, petir mengambil langit, serta tanah bergerak. Batu itu terbagi 2, serta dari dalamnya timbul wujud bayang- bayang gelap besar besar dengan mata merah menyala. Seperti itu Raja Golog yang saat ini leluasa dari kutukannya.
Tetapi, independensi Raja Golog tidaklah bantuan, melainkan dini dari musibah. Semenjak hari itu, dusun diterpa kekeringan, wereng melanda tumbuhan, serta banyak masyarakat jatuh sakit. Binatang peliharaan mati satu per satu. Banyak orang mulai berprasangka kalau pangkal musibah berawal dari rumah Sang Kemudian.
Penyanggahan kekecewaan serta Pengorbanan
Bunda Sang Kemudian yang merasakan keajaiban semenjak dini, kesimpulannya menciptakan buku kuno yang dulu ditaruh oleh kakeknya. Dalam buku itu dipaparkan kalau batu Golog cuma dapat dikunci balik oleh darah orang yang sudah membebaskannya, ialah Sang Kemudian sendiri. Mengenali perihal ini, ibunya juga meratap sebab tidak mau kehabisan anak semata wayangnya.
Tetapi Sang Kemudian, yang siuman hendak kesalahannya serta tidak mau memandang desanya binasa, kesimpulannya mengutip ketetapan besar. Dengan kegagahan serta rasa tanggung jawab, beliau menghadiri batu itu balik, saat ini sudah jadi tempat berkumpulnya daya kejam.
Dalam berkah serta isak, Sang Kemudian melaksanakan ritual penutup, serta mempertaruhkan dirinya dengan menjatuhkan badannya ke dalam retakan batu itu sembari mengucap jampi- jampi terakhir. Seketika, langit balik terang, angin hening, serta batu itu balik berpadu. Wujud Raja Golog lenyap dalam jeritan jauh yang menggetarkan alam.
Batu Golog Kini
Batu yang dulu ditemui Sang Kemudian saat ini sedang terdapat, terdapat di suatu hutan kecil yang dikira bertuah oleh masyarakat dekat. Mereka menyebutnya“ Batu Golog”, yang dalam bahasa Sasak berarti“ batu yang terbagi”. Batu itu mempunyai garis jauh di tengahnya, sisa retakan era kemudian, serta dikira selaku ikon dedikasi serta pelajaran untuk angkatan kelak.
Tiap tahun, warga dekat melangsungkan seremoni kecil buat mengenang kegagahan Sang Kemudian. Mereka bawa sesajen serta menabur bunga selaku ciri segan, bukan buat memuja batu, tetapi selaku bentuk terima kasih atas pelajaran hidup yang diwariskan.
Arti serta Angka Budaya
Cerita Batu Golog bukan semata- mata narasi orang, namun pula wujud peringatan hendak ancaman keserakahan, akibat daya abnormal, serta berartinya kehati- hatian dalam berkaitan dengan keadaan yang tidak kasatmata. Beliau pula melukiskan angka terhormat dari kegagahan, tanggung jawab, serta dedikasi untuk kebaikan bersama.
Hikayat ini memperkaya khazanah adat Sasak serta jadi bagian berarti dalam peninggalan perkataan yang lalu dilindungi. Di tengah arus pembaharuan, cerita ini senantiasa hidup lewat dongeng- dongeng malam, hidangan konvensional, serta ritual adat
Post Comment